Gunung Padang, Cianjur (VIVAnews/ Muhamad Solihin)
Penelitian yang dilakukan tim arkeologi menemukan struktur batu teratur di sisi timur.
Penelitian yang dilakukan di situs megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, kembali melibatkan arkeolog. Arkeolog dari Universitas Indonesia memimpin penelitian, dengan melakukan ekskavasi di Gunung Padang, sejak 15 Mei hingga 30 Juni mendatang.
Sebelumnya, penelitian di situs ini kembali mengemuka setelah Tim Peneliti Katastropik Purba yang difasilitasi Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, melakukan penelitian yang disertai pengeboran. Hasilnya, berdasarkan carbon dating, situs dengan konstruksi buatan manusia ini diduga berasal dari 10.000 SM.
Meski begitu, Ali Akbar melakukan penelitian dengan metode arkeologi, dan tidak ingin bercampur dengan metode yang sebelumnya dilakukan ahli geologi.
Awalnya, Ali Akbar melakukan survei permukaan di Gunung Padang, sebelum dilakukan ekskavasi. Dari hasil survei ini, tim arkeologi menemukan ada struktur baru di sisi timur Gunung Padang.
Ali Akbar menduga struktur batu yang ditemukan teratur itu merupakan penyangga bangunan utama punden berundak. Dugaannya, bentuk penyangga itu sama seperti struktur penyangga bangunan di situs Machu Picchu di Peru.
"Ada undakan batu yang disusun, kemudian ada permukaan tanah. Sepertinya untuk menopang agar bangunan tidak longgar," ucap Ali Akbar, saat ditemui VIVAnews, 29 Mei 2012.
Ali juga menduga struktur yang sama ada di sisi barat. Namun, struktur di sisi barat sudah sulit untuk ditemukan, karena banyak yang kini berubah menjadi permukiman penduduk.
Dengan temuan struktur baru di sisi timur ini, Ali Akbar menduga luas bangunan Gunung Padang terbilang istimewa. "Bisa sampai 25 hektar kalau sampai bawah bukit. Tapi mungkin juga bisa hingga 75 hektar kalau sampai lembah," tuturnya.
Temuan Gerabah
Selain menemukan struktur, dari ekskavasi yang dilakukan di teras 4, tim arkeologi menemukan pecahan gerabah. Temuan ini dianggap penting untuk mengungkap fungsi punden berundak Gunung Padang.
"Selama ini dibilang fungsinya untuk pemujaan. Namun tentu harus disertai temuan pendukung," ucapnya.
Menurut Ali, serpihan yang ditemukan itu juga memperlihatkan jejak buat, berupa bekas tekanan jari. "Gerabah ini dibuat dengan menggunakan pinching, masih dengan jari dan belum menggunakan roda putar," tuturnya.
Meski begitu, Ali Akbar tidak mau gegabah untuk menyebutkan fungsi gerabah, dan kaitannya dengan konteks temuan di teras 4. "Fungsinya masih diselidiki," ucapnya.
Sedangkan mengenai usia bangunan, Ali Akbar mengaku belum sepakat dengan hasil penanggalan carbon dating yang dilakukan Tim Peneliti Katastropik Purba, yang menyebut situs Gunung Padang berasal dari 10.000 SM. "Dugaan arkeolog masih dari 2.500 SM," kata dia. Untuk mendukung ini, tim arkeologi pun akan melakukan penelitian carbon dating secara terpisah.
(umi)vivanews
0 komentar:
Posting Komentar